Contoh Proposal Penelitian Menggunakan Pembelajaran NHT

Ditulis oleh: Contoh Karya Tulis -
Advertisement
Contoh Proposal Penelitian NHT - Karya tulis yang akan kita bahas dan bagikan pada kesempatan ini adalah dikhususkan untuk rekan mahasiswa calon guru (jurusan keguruan). Karya tersebut adalah sebuah Proposal Penelitian NHT yang berjudul "Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (Kubus Dan Balok) Melalui Model Pembelajaran Type Numbered Head Together (NHT)". Simak penjelasan selengkapnya mengenai Contoh Proposal Penelitian NHT tersebut di bawah ini.

Referensi untuk berbagai contoh proposal khususnya pendidikan keguruan yang ada di website ini memang masih sedikit dan belum begitu memadai. Untuk alasan itu, kami berusaha memberikan tambahan bahan belajar yang lebih banyak bagi rekan mahasiswa yang membutuhkan berbagai contoh proposal yang banyak di butuhkan. Contoh Proposal Penelitian NHT ini akan menjadi referensi tambahan bagi rekan semua yang sedang belajar membuat penelitian menggunakan metode pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT). 

A. Judul 
Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar (kubus dan balok) melalui model pembelajaran type numbered head together (NHT). 

B. Latar Belakang 
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.Pendidikan senantiasa berkenaan dengan manusia, dalam pengertian sebagai upaya sadar untuk membina dan mengembangkan kemampuan dasar manusia seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya. 

Proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan agar siswa memiliki hasil yang terbaik sesuai kemampuannya. Salah satu tolak ukur yang menggambarkan tinggi rendahnya keberhasilan siswa dalam belajar adalah hasil belajar.Hasil belajar dapat di lihat dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotor. 

Di samping itu, guru berperan sebagai faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini di tegaskan dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatakan bahwa kunci utama dalam memajukan pendidikan adalah guru, karena guru secara langsung mempengaruhi, membimbing dan mengembangkan kemampuan peserta didik (siswa) agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral tinggi. 

Salah satu disiplinn ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.Matematika perlu dipahami dan dikuasai semua lapisan masyarakat terutama siswa disekolah.Russefendi (Yusuf, 2003:1) mengemukakan, “Matematika penting sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalah mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik”. 

Jhon Dewey (Ibrahim, Muchidin, Djajuri, Wahyudin, Fathoni, Hernawan, Sukirman, Sanjaya, Susilana, Sulityo, Darmawan, Rusman, 2002:76) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul dari dirinya. Disini tugas guru menyediakan bahan pelajaran tetapi yang mengolah dan mencerna adalah para siswa sesuai dengan bakat, kemampuan dan latar belakang masing-masing. Sesuai yang di kemukakan oleh Sardiman (1986:98), belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik harus aktif. 

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika di jenjang SMP adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346). Berdasarkan tujuan tersebut tampak bahwa arah atau orientasi pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. Kemampuan ini sangat berguna bagi siswa pada saat mendalami matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari, bukan saja bagi mereka yang mendalami matematika, tetapi juga yang akan menerapkannya baik dalam bidang lain (Ruseffendi, dalam Nurardiyati, 2006:2). 

Namun kenyataan di lapangan, proses kegiatan belajar mengajar di kelas, pembelajaran mata pelajaran eksak tertutama Matematika responnya kurang baik. Seperti yang di kemukakan Ruseffendi (Yusuf, 2003:2), Matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak di senangi kalau bukan pelajaran yang di benci. 

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (1986:85) hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi dan motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat di tercapai. 

Begitu juga dalam belajar matematika menurut Hudojo (1988:100), apabila seorang peserta didik mempunyai motivasi belajar matematika, ia akan belajar dengan sungguh-sungguh sehingga ia mempunyai pengertian yang lebih dalam. Ia dengan mudah dapat mencapai tujuan. Ini menunjukan keberhasilan itu dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.Sebaliknya, suatu kegagalan dapat menghasilkan harga diri turun, yang berarti motivasinya turun. 

Bila pemahaman terhadap materi-materi matematika yang dipelajari dapat tercapai. Maka akan timbul motivasi bersama dengan proses untuk mencapai keberhasilan belajar matematika. Dengan kata lain, keberhasilan belajar matematika tidak hanya karena dapat memahami konsep dan teorema serta kemudian dapat mengaplikasikannya, melainkan juga karena kehendak, sikap dan macam-macam motivasi yang lain. 

Selain itu keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh guru sendiri, dimana guru masih menerapkan system yang menuntut guru sendiri yang aktif dibandingkan dengan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan pleh John Locke dan Herbert (Sardiman, 1986:1997), dalam proses belajar mengajar guru akan senantiasa mendominasi kegiatan. Siswa selalu pasif, sedangkan guru aktif dan segala inisiatif datang dari guru. 

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari suatu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil kegiatan penulis model pembelajaran kooperatif memiliki peluang untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Robert Slarin (Munjiali, 2004:6), Pembelajaran Kooperatif yaitu semua metode pembelajaran yang melibatkan para siswa pembelajar untuk bekerja sama dalam belajar, dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab bagi diri pembelajar sendiri. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif menurut Looning (Suhena, 2001:6) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelebihan di antaranya : 
  1. Reaksi siswa terhadap belajar yang terbuka cukup baik 
  2. Pertisipasi aktif siswa lebih mudah dikembangkan 
  3. Langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar sangat sistematis dan lebih mudah ditetapkan 
Ada beberapa pembelajaran kooperatid, salah satunya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.Pembelajaran ini di kembangkan oleh Spenser Kagen (1993).Dengan melibatkan siswa dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi dari pelajaran itu. 

Menurut Ibrahim (2002) ada empat tahap dalam pelaksanaan Numbered Head Together yaitu : penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama dan menjawab. 

C. Rumusan dan Batasan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dan dibatasi sebagai berikut : 
“Apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model mengajar Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together lebih baik ? 

Setelah sedikit mempelajari latar belakang sampai rumusan masalah yang disertakan di atas sekarang bisa lanjut ke bagian selanjutnya Contoh Proposal Penelitian NHT tersebut. Selanjutnya silahkan dipelajari tujuan dan kegunaan penelitian dan lainnya selengkapnya berikut. 

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 

1. Tujuan Penelitian 
Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Numbered Head Together itu lebih baik? 

2. Kegunaan Penelitian 
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi : 

a. Bagi siswa; Sebagai acuan dalam mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran 
b. Bagi guru; Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan suatu model pembelajaran, serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran 
c. Bagi sekolah; Dengan adanya strategi pembelajaran yang baik maka mampu mewujudkan siswa yang cerdas dan berprestasi. 

d. Bagi peneliti; Sebagai tambahan pengetahuan untuk menjadi seorang pendidik kelak dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. 

Mudah-mudahan dengan sedikit informasi mengenai Contoh Proposal Penelitian NHT tersebut di atas rekan semua yang membutuhkan referensi bisa mempelajarinya. Semoga bisa bermanfaat.